by Romi Satria Wahono
1. LAKUKAN YANG KITA CINTAI
Steve Jobs adalah contoh terbaik
bagaimana dia mencintai apa yang dia lakukan. Pada tahun 1976 Steve Jobs
mendirikan Apple, 10 tahun kemudian dia dikeluarkan dari perusahaan
yang dia dirikan sendiri. Tak menyerah, Jobs tetap berdjoeang
pelan-pelan membangun perusahaan bernama Next. Langkah berikutnya
mengakuisisi divisi computer grahics dari LucasFilm, yang kemudian
diberi nama Pixar. Ditangannya Pixar akhirnya melaju dan sukses dengan
karya animasi legendaris seperti Toy Story. Pixar akhirnya bergabung ke
Disney, di mana Jobs menjadi pemilik saham terbesar di Disney. Dengan
kondisi sukses seperti itu, Jobs tetap memutuskan kembali ke Apple di
tahun 1996, untuk menyelamatkan perusahaan yang dia dirikan yang
kondisinya sudah hampir hancur. Dalam dua tahun, Jobs berhasil mengubah
Apple yang hampir bangkrut menjadi perusahaan yang memiliki profit.
Salah satu ungkapan terkenal Jobs ketika ditanya, kenapa bisa bertahan
dengan semua ini, “Satu hal yang membuat saya tetap bertahan adalah
bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan”. Ya ketika kita mencintai
apa yang kita lakukan, tak ada yang sanggup membuat kita berhenti dalam
berdjoeang.
Google adalah perusahaan yang mengerti
bahwa cinta dan passion bisa membuat seseorang menjadi produktif.
Perusahaan yang didirikan oleh Larry Page & Sergey Brin ini membuat
kebijakan Innovation Time Off, di mana pegawai boleh
mengalokasikan 20% waktu kerjanya untuk melakukan pekerjaan yang mereka
cintai dan jadi passion mereka. Dan beberapa tahun kemudian, kenyataan
membuktikan bahwa Innovation Time Off yang sebenarnya hanya 20%
dari waktu kerja formal itu, berhasil menghasilkan lebih dari 50%
produk dan layanan baru google saat ini.
2. TINGGALKAN JEJAK DI ALAM SEMESTA
Visi hidup untuk
meninggalkan jejak di alam semesta juga merupakan karakter wajib bagi
para inovator. Mark Zuckerberg, founder facebook mengatakan bahwa, semua
yang dia lakukan bukan soal menghasilkan uang, facebook dibuat supaya
dunia menjadi terbuka bagi siapapun, dengan menghubungkan atribut sosial
setiap orang yang membuat akun di sana.
Visi untuk meninggalkan jejak ini
penting ketika kita mengamati bagaimana Xerox seharusnya bisa menguasai
seluruh industri teknologi informasi di era tahun 1970an. Karena mereka
menjadi pioner di hampir semua produk canggih dalam dunia teknologi
informasi. Xerox dengan Palo Alto Research Center (PARC) nya sudah
berhasil mengembangkan aplikasi berbasis graphical user interface
(GUI) dan device mouse, yang di era itu, belum ada yang berhasil
memproduksinya. Justru kunjungan Steve Jobs ke PARC yang akhirnya
menjadi kunjungan paling bersejarah dalam dunia industri PC (personal computer),
karena Steve Jobs lah yang akhirnya bisa berinovasi dengan mencontek
produk Xerox PARC untuk pengembangan produk Apple yang bervisi komputer
yang bisa digunakan untuk orang biasa. Steve Jobs mengungkapkan bahwa
seandainya Xerox mempunyai visi untuk meninggalkan jejak di alam semesta
ini, kondisi saat ini akan berbeda. Sebaliknya, Adele Goldberg, salah
satu founder dan petinggi Xerox mengatakan bahwa, “mengizinkan Steve
Jobs berkunjung ke Xerox PARC adalah keputusan paling buruk dalam
sejarah korporasi di dunia”.
3. PERAS OTAK
Aaron Stern bahkan menempuh langkah gila
untk membuktikan bahwa jenius itu tidak dilahirkan, tapi jenius itu
bisa diciptakan. Penelitian dilakukan dengan obyek penelitian putrinya
sendiri bernama Edith Stern. Edith sejak lahir dididik dalam lingkungan
steril yang mendukung untuk menjadikannya cerdas. Hasilnya, Edith
berhasil menyelesaikan membaca Encyclopedia Britanica pada umur 5 tahun,
memiliki IQ 200, dan mendapatkan PhD di bidang matematika pada umur 15
tahun. Project Edith yang digagas Aaron Stern membuktikan bahwa
kecerdasan manusia bisa dilatih untuk mencapai tingkat yang lebih
tinggi. Sekali lagi tidak ada manusia di dunia ini yang bodoh, yang ada
adalah manusia yang tidak mau berusaha dan bekerja keras.
4. BERPIKIR BERBEDA
Steve Jobs juga mengandalkan konsep
berpikir berbeda dengan menyeimbangkan otak kiri dan kanan ketika
mengembangkan produk Apple. Apple meluncurkan produk iPod, sebuah alat
pemutar musik, yang sebenarnya adalah produk biasa dan sudah ada
sebelumnya. Perbedaan dengan produk pemutar musik lainnya adalah
kemampuan Jobs menghubungkan iPod dengan layanan penjualan musik yang
dia bangun bernama iTunes. Asosiasi device iPod dan iTunes adalah ide
kreatif yang pada masanya belum ada yang mencoba mengembangkannya.
5. GUNAKAN BAHASA MANUSIA
Karakter inovator
terakhir adalah kemampuan dalam menyampaikan pesan. Pakar komunikasi
Gregory Berns mengatakan bahwa seseorang bisa memiliki ide hebat yang
baru dan berbeda, tapi semua akan sia-sia jika tidak bisa meyakinkan
banyak orang. Salah satu faktor yang membuat kita mampu meyakinkan orang
lain adalah ketika kita mampu mengubah bahasa teknik yang sulit ke
bahasa yang mudah dipahami oleh manusia biasa. Berbicara dengan bahasa
manusia sudah sering saya uraikan di blog ini, misalnya tulisan berjudul
Wahai Dosen, Berbicaralah dengan Bahasa Manusia.
Ketika launching iPad, Steve Jobs tidak
menggunakan kalimat teknik yang sulit dan canggih, dia hanya mengatakan
bahwa, “iPad adalah alat ajaib yang revolusioner dengan harga yang
mencengangkan”. Ketika memperkenalkan MacBook Air, Jobs juga hanya
mengatakan “MacBook Air adalah notebook paling tipis sedunia”. iPod
disajikan Steve Jobs dengan bahasa, “iPod, seribu lagu di sakumu”.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Todd Bishop, kalimat yang
digunakan oleh Steve Jobs memiliki indeks fog antara 5-7,
sementara tokoh-tokoh IT lain seperti Bill Gates memiliki indeks fog
9-11. Indeks fog adalah jumlah tahun pendidikan yang diperlukan seorang
pembaca untuk memahami sebuah perkataan. Bayangkan anak SD kelas 6 pun
tidak kesulitan mengikuti pidato dari Steve Jobs!
5 karakter inovator, sudahkah kita miliki? Mudah-mudahan kita semua tetap dalam perdjoeangan untuk meraihnya.
Sumber : ilmukomputer.com
0 Komentar untuk "5 Karakter Para Inovator"